Kacamata Peradaban

2016/04/01

Kenapa Pesantren di Indonesia Terletak di Pedesaan?






               Rakyat Indonesia mana yang tak tau pesantren? Pesantren merupakan sistem pendidikan asli milik Indonesia. Banyak sekali para sarjana barat yang telah memfokuskan kajianya terhadap Islam dan sistem pendidikan milik Indonesia ini. Misalnya Snouck Hurgronje, Clifort Greetz, Karel A Steenbrink, dan masih banyak lagi. Semua itu membuktikan ketertarikan sarjana barat terhadap keunikan Pesantren sebagai lembaga pendidikan Indonesia. Pasalnya, sejak masa kolonial, pesantren tidak hanya menjadi wadah bagi umat Islam Indonesia dalam melakukan kajian keagamaan semata, Juga, pesantren pun menjadi wadah pergerakan dalam melawan penindasan kolonial. Karena gerakan umat Islam sangat dimotori oleh Pesantren, maka karakter keagamaan disuatu daerah pun sangat tergantung bagaimana karakter pesantren diwilayah tersebut.

             Namun, ada hal lain lagi yang menarik dari pesantren. Satu hal yang selama ini mungkin luput dari perhatian kita. Yaitu, kenapa pesantren di Indonesia terletak di pelosok?

  Di Turki, Arab Saudi, Yaman, dan negara Islam lain, lembaga pendidikan agama justru terletak ditempat-tempat yang strategis, yaitu di kota. Tapi di Indonesia, Pesantren malah berada diwilayah-wilayah yang jauh dari keramaian kota. Satu keunikan jika dibandingkan dengan lembaga pendidikan agama dari negara lain bukan?

          Tapi kenapa semua itu bisa terjadi? Kenapa pesantren di Indonesia berada di desa-desa? Kenapa hah? Kenapa?

              Semuanya tidak terlepas dari proses sejarah.

           Sebelum kolonialisme datang ke bumi Pertiwi, langit-langit ruangan bumi Pertiwi dipenuhi oleh riak gema Takbir dan Shalawat. Islam mempunyai peran yang multidimensional bagi rakyat. Islam tidak hanya berperan sebagai kebutuhan spiritual, Islam juga menjadi kebutuhan politik, sosial, dan ekonomi bagi masyarakat. Semua kebutuhan tersebut terpusat pada kehidupan kerajaan. Kerajaan Islam tumbuh subur di Nusantara pada masanya, memainkan peran spiritual, ekonomi, sosial, dan politik dengan bimbingan dari tokoh agama yang menjabat sebagai penasihat Raja. Namun semuanya berubah, ada pergeseran kantong keberagamaan yang awalnya berpusat di kerajaan (pemerintah) berpindah ke pedesaan ketika pengaruh kolonialisme menginjakan kaki ke bumi Pertiwi.

         Sejak munculnya kolonialisme ke Nusantara, pengaruh Eropa masuk ke keraton-keraton memperkenalkan keserakahan, korupsi, minuman keras, perjudian, dan pengaruh buruk lain dari Eropa. Akibatnya, raja-raja Keraton kehilangan wibawa dimata rakyat, bahkan kewibawaanya sudah terinjak-injak karena kewibawaan raja-raja sangat ditentukan oleh Belanda.

              Hilangnya wibawa dari raja-raja tersebut, membuat ulama yang pada saat itu menjabat sebagai penasihat kerajaan menjadi kecewa. Banyak diantara ulama yang menjabat sebagai penasihat kerajaan yang akhirnya melarikan diri dari Keraton, lalu pergi ke desa-desa. Dari desa-desa inilah kemudian para Ulama melakukan pengajian-pengajian bersama masyarakat sekitar hingga kemudian mendirikan pesantren. Namun, ada sebuah pergeseran politik yang terjadi akibat kekecewaan Ulama yang mengakibatkan mereka untuk meninggalkan Keraton lalu pergi ke desa-desa. Jika sebelumnya rakyat berlindung dan mendapatkan perlindungan dari raja Keraton, setelah pengaruh buruk Eropa ke Keraton tersebut, rakyat justru mendapatkan perlindungan dari Ulama, dan melakukan perlawanan terhadap kolonialisme. Perlawanan terhadap kolonialisme yang awalnya terpusat di kerajaan, kini beralih ke pedesaan yang dipimpin oleh Ulama.


              Melalui Pesantren, rakyat dididik dengan pengetahuan agama, tumbuh menjadi pusat keilmuan, lalu menggalang kekuatan rakyat untuk melakukan perlawanan. Letak pesantren yang berada di pedesaan ini menguntungkan gerakan rakyat yang dipimpin oleh Ulama agar gerakanya tidak teralalu mencolok, dan sulit dilacak oleh Belanda. Itulah sebabnya pesantren muncul di desa-desa dan di tempat-tempat terpelosok, berawal dari kekecewaan Ulama yang menjabat sebagai penasihat raja, kemudian bergerak ke pelosok untuk menghindari Belanda dan memimpin Rakyat.

Penulis: Muhamad Maksugi

Share this:

2 komentar :

 
Back To Top
Distributed By Blogger Templates | Designed By OddThemes