Modern,
merupakan kata serapan dari bahasa Inggris,
yang mengandung arti kekinian atau baru.
Kata tersebutk, ini tengah menjadi kalimat tanda atau kalimat pengecap yang
menjdi kata sifat, terhadap sebagian besar kalangan masyarakat yang mengikuti
perubahan berkembangan gaya hidup, baikitu dari segi budaya maupun dari segi
sosial. Kini istilah kata modern sudah melekat dalam kehidupan keseharian masyarakat,
yang memang pengaruhnya sangat dominan dalam revolusi budaya di dalam
kehidupannya. Di zaman serba-serbi yang modern dan instan ini, negara Indonesia
sebagai negara berkembang memiliki masyarakat yang terbilang bersifat konsumtif. Semua itu didasari dari
masyarakat Indonesia itu sendiri yang ingin mengikuti kepopuleran terhadap
negara maju dan negara adikuasa yang memang tengah menjadi tren di masa kini.
Terlebih masyarakat yang menganut Ideologi Panca
Sila dan memiliki semboian Bhineka
Tunggal Ika ini, memang memiliki ego yang
tinggi sehinga pengaruh budaya negara maju terlebih budaya barat, mudah
dan cepat untuk di ikuti ketimbang melestarikan budaya lokal.
Selain
itu akibat terpengaruh budaya barat, orang tua sekarang yang selalu disebut-
sebut sebagai orang tua masa kini atau juga disebut sebagai orang tua gaul,
kurang menanamkan jiwa dan sikap cinta terhadap budaya berikut permainan lokal,
yang sudah di wariskan secara turun- temurun dan menjadilegenda dari sejak
zaman orang tua dulu hingga sekarang. Apalagi di masa sekarang, yang mana ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dari
barat sudah menjamur dan membudaya di kalangan masyarakat Indonesia. Sehingga,
bangsa ini seolah-olah adalah bangsa baru yang tidak memiliki warisan budaya
dari nenek moyangnya.
Akibatnya,
banyak kaum pemuda di masa ini dari mulai anak- anak hingga remaja, kurang tahu
bahkan tidak tahu sama sekali terhadap budaya dan permainan apa saja yang di
wariskan oleh orang tua kita dahulu. Hal tersebut terjadi akibat, pola pikir
masyarakat yang cenderung memandang bahwa permain yang di wariskan dari leluhurnya
itu sudah sangat terbelakang. Sehingga,
tidak sedikit di kalangan kaum remaja dan anak- anak sekarang ini yang tidak
tahu permainan apa dan bagaimana cara
memainkannya.. Dengan adanya kasus sedemikian rupa, banyak kaum remajadan anak-
anak sekarang ini lebih suka mengisi waktu bermainnya secara indifidu dan
bersifat pasif, banyak diam di rumah dalam melakukan kegiatan bermain untuk hiburannya
ketimbang memainkan permaina warisan leluhurnya bersama teman sebayanya.
Padahal
permain yang di wariskan oleh orang tua kita dahulu, baik dari mulai zaman
kerajaan hingga zaman penjajahan , memang mengandung unsur nilai sejarah yang
sanagat bermakna. Seperti contoh, permainan Bon-bonan
atau bisa di sebut juga dengan permainan benteng-
bentengan di Jawa Barat dan di Jawa tengah dikenal dengan sebutan Gobak Sodor. Masyarakat di Indonesia
lebih mengenal permainan ini dengan nama Galah
Asin,yang dulu sering di mainkan oleh anak- anak dari suku Sunda, suku Jawa,
hingga anak- anak di seluruh kawasan Indonesia. permainan yang lebih dikenal
dengan nama Galah Asin ini, adalah
sebuah permainan yang mencotohkan sebuah taktik perang masyarakat pejuang
Nusantara pada masa penjajahan Belanda, dengan cara memancing tentara kolonial
Belanda agar mengejar pasukan pejuang Nusantara yang melarikan diri dan masuk
ke dalam hutan di malam hari. setelah tentara kolonial Belanda mengejar masuk
ke dalam hutan, kemudian masyarakat
lokal beserta para pejuang Nusantara lainnya, secara serentak melakukan
serangan kepada tentara kolonial Belanda untuk memperoleh kemenangan. Kemudian, kita kenali cara perang tersebut
dengan sebutan perang taktik Gerilya. Permain Bon- bonan dimainkan
oleh dua kelompok dan setiap kelompok minimal terdiri atas tiga orang di setiap kelompoknya.
Dan Setiap anggota kelompok, memiliki posisi dan tugasnya masing- masing yaitu, satu orang
menjaga benteng di posisi paling belakang. Benteng tersebut adalah kunci pusat
lawan untuk memperoleh kemengangan. Anak- anak dahulu, sering menggunakan
pecahan genting atau batu sebagai simbol dari benteng kekuasaan.
Perlindungan
menjaga benteng hanya cukup dengan cara menginjak genting atau batu tersebuat
dari injakan grup lawan. Selain itu, posisi pemain kedua bertugas sebagai
penjaga sekaligus sebagai penyerang bantuan, jika salah seorang pemain lain
yang bertugas sebagai penyerang membutuhkan bantuan. Sedangkan cara pemperoleh
kemenangannya cukup sederhana yaitu,
belari ke arah kawasan kekuasaan lawan untuk menginjak benteng lawan dan
menghindar dari kepungan dan sentuhan tangan lawan dari grup lawan. Jika salah
seorang anggota pemain terkepung atau tersentuh oleh tangan grup lawan, maka si
penyerang dianggap gugur dan keluar dari area permainan tersebut. Sedangkan
jika penyerang berhasil menerobos masuk ke kawasan pertahanan lawan dan
berhasil menginjak genting atau batu yang berfungsi sebagai simbol benteng
kekuasaan, maka serentak akan berteriak, ‘’Belaaa”
atau,” Bonnn”, karena menag.
Dalam
permain ini, selain melatih ketangkasan dan kecepatan, juga melatih anak- anak
agar dirinya bisa memanfaatkan peluang, berpikir cerdik dan peka terhadap
benda- benda di sekitarnya. Selain permainan Bon- bonan, ada pula permainan anak- anak di zaman dulu, yang dapat
melatih kekuatan, ketangkasan, dan kesehatan tulang badan ,yang mana permainan
tersebut dinamakan dengan permainan Galah
Jidar atau Galah Palang dalam
bahasa Sunda. Sedangkan di masyaratkat luas, permainan ini lebih dikenal dengan
nama permainan Kucing Mistar.Permainan
ini cukup sederhana, yaitu dengan cara melompati dua batang Ranting pohon yang di taruh di atas tanah
lapang secara berhadapan dengan jarak antar kedua ranting sejauh satu jengkal.
Kemudian masing- masing pemain yang ikut serta
dalam permainan, mendapat giliran untuk melompati arena permainan semampunya ia
melompat. Jika ada satu orang pemain yang menginjak ranting pembatas atau
lompatanya melebihi dari pemain lain yang ikut serta dalam permainan, maka akan
menjadi “kacung” permainan atau
menjadi ‘’kucing’’, yang mana tugasnya adalah,menjaga dan merubah jarak ranting
pembatas sepanjang satu jengkal, usai semua pemain yang ikut serta melompati
arena permainan. Dari dua contoh permain ‘’jadul’’ inilah,
seorang anak selalu mendapat kisah- kisah seru yang selau terkenang dan tak
terlupakan di benak mereka seperti, menangis karena kalah, senag karena menang,
dan seru karena merasa muas. Karena dua permainan tersebut, jika dimainkan selalu
bisa mengajak atau menambah pemain, yang mana secara otomatis akan menambah
teman. Namun sangat disayangkan, seiring IPTEK sudah mulai dikenal oleh anak-
anak di Nusantara, dua permainan anak tersebut sudah mulai terkikis dan jarang
dimainkan oleh anak- anak zaman sekaang.
Berbeda
dengan masa remaja dan masa anak- anak di zaman dulu, seiring IPTEK terus
berkembang mengalami revolusi yang cukup pesat dan cepat, di masa remaja dan
anak- anak zaman sekarang ini mereka lebih suka bermain dengan benda elektronik
semisal Gadget. Si Robot kecil dan canggih ini, telah merubah dan memindahkan arena
permaian anak- anak dari dunia nyata ke dunia digital. Selain bisa menyimpan
banyak macam- macam permainan yang
memeng cukup seru dan baru, Gadget pun bisa dimainkan saat apapun, kapanpun,
dan dimanapun tanpa memerlukan beberapa pemain tambahan dan tempat kusus untuk
arena perminan. Keunggulan itulah yang memebuat permain si canggih Gadget
mengikis permainan anak- anak zaman dulu dan menjadikandirinya sebagai
primadona di kalangan anak- anak zanan sekarang.
Padahal,
dalam ketentuan penggunaannya sebuah alat elektronik seperti Gadget memiliki
aturan kesetandaran penggunanya yaitu, sebuah larangan untuk penggunaan
terhadap anak dibawah umur. Namun, semua aturan pemakaian itu selalu diabaikan
oleh kalangan orang tua sekarang, terutama orang tua yang tanpa berpikir
terlebih dahulu dalam memberikan sesuatu pada anaknya. Dengan adanya sikap
orang tua seperti itu, seorang anak akan lupa siapa dirinya, apa budayanya, dan
bagai mana tugas yang harus ia kerjakan sebagai seorang anak. Selain itu, jika
seorang anak dari kecil sudah dijauhkan dari permainan warisan nenek moyangnya
oleh orang tuanya dan malah lebih sering mengenalkan benda baru semisal Gadget padanya,
pastilah seorang anak akan memiliki jiwa sosial yang kurang, terlebih seorang
anak akan kurang peka terhadap lingkungan sekitarnya. Selain memperlambat
terhadap pembentukan dan perkembangan sikologis, seringnya menatap layar
komputer akan merusak kesehatan jasmaninya dalam jangka panjang, karena akibat
elektronik yang sering di mainkan yang mana kita ketahui unsur- unsur dari
dalam komputer, semisal logam dan radiasi yang terkandung di dalamnya berbahaya
bagi kesehatan.
Maka
dari itu, sebaiknya para orang tua terlebih dulu mengenalkan permainan warisan
leluhurnya sebelum mengenalkan permain yang bersifat baru dan modern terhadap
anak, cucu, dan cicitnya. Yang mana pengenalan tersebut adalah suatu syarat
awal penanaman rasa cinta tehadap budaya sendiri, sekaligus sebagai tolak ukur
pengasahan jiwa sosial pada anak untuk memiliki rasa peka terhadap lingkunagan
sekitarnya. Sebagaimana kita ketahui, seorang anak yang baik itu adalah seorang
anak yang peka terhadap lingkungan sekitarnya.
Sedangkan bukti bagi seseorang yang mencintai
budayanya adalah termasuk cinta terhadap tanah air. Dan masa kecil yang sering bermain dengan banyak
teman sebaya adalah suatu hal penting untuk proses masa tumbuh kembangnya, yang
menjadi pengalaman besar yang tak terlupakan bagi seorang anak.
Untuk
itu saya yakin, jika orang tua mengenalkan permainan budaya lokal Nusantara
yang sudah melegenda dari kakek buyutnya terlebih dahulu, pastilah seorang anak
hingga masa dewasanya ia akan memiliki pengalaman yang berarti dalam hidupnya,
sekaligus menjadikan anak sebagai sosok seseorang yang cinta terhadap tanah air
dan budayanya. Wassalam.
Penulis: Naurid Ilyas
Penulis: Naurid Ilyas