Dia duduk disampingku dan selalu
tersenyum ketika bertemu dengan ku. Tapi dirku
tak pernah membalas senyuman nya sedikit pun, ku
benci dengan nya. Aku iri dengan teman-teman
ku dan keluarga teman teman ku. Aku sangat tak berharap dia hidup lebih lama lagi. Aku
sangat membencinya melebihi anjing tetanggaku. Entah mau sampai kapan rasa
benci ini semakin membesar kepadanya, seorang laki-laki
kerdil yang
wajahnya tak setampan teman temanku. Aku
tak menyukainya karena ia tak normal, tak
seperti diriku dan ayah ibuku. Aku benci kaka ku. Yaah.. dia
kakaku, Reyhan. Sekarang
dia kelas 6 SD. Setiap di sekolahan Reyhan
sering sekali di olok-olok oleh temannya
karena tubuhnya yang sangat kecil. tingginya cuma
1 meter. Sering sekali
Reyhan
dilempari air yang dibungkus plastik oleh
teman-temannya. Kadang
aku
marah melihatnya, namun aku hanya diam dan tak
bertindak. Itu waktu aku kelas 5, jarakku dengan
kakaku hanya 1 tahun. Sebenarnya aku tak
menyangka kakaku menjadi seorang yang cacat.
Ketika aku
datang di acara ulang tahun teman ku Sarah,
Sarah
memperkenalkan ku dengan kakanya. sarah menceritakan bahwa kakanya adalah
kebanggaan keluarganya, bahkan sering menjuarai lomba-lomba tingkat Provinsi. Sarah
menceritakan hal itu dengan senyuman bangga di bibir dan kedua matanya. Aku
pun membalas senyum sarah dan kakanya. dengan rasa hormat dan bangga ku ucapkan
selamat kepadanya. Namun tiba-tiba, ada
seorang ibu datang dan bertanya kepadaku
“Kau
adenya Reyhan
yang kerdil dan nakal itu kan?’’
Sontak aku
kaget dan malu mendengarnya. Aku pun pergi tak menjawab pertanyaan ibu tadi.
‘’memang
benar hidup Reyhan hanya bisa mempermalukanku saja….’’ Ujar diriku dalam hati kemudian berlalu pergi.
Siang berganti malam dan malam
berganti petang akan hitam yang pekat dengan angin yang menusuk kalbu yang
mulai meneropong ke pori-pori tulang
ku. Entah
mau sampai kapan aku hidup
berbalut kebencian seperti ini. “Elis
ayo makan! ayah dan ibu sudah
menunggu di meja makan’’ terdengar suara Reyhan
di balik pintu kamarku. Aku hanya terdiam bisu tak membalas perkataan nya, berapa detik
kemudian aku pun mulai beranjak meninggalkan tempat tidurku dan berjalan
menuju meja makan. Aku dapati ayah, ibu dan reyhan
yang sedang bergurau di meja makan. Ayah
memanggilku dengan senyum indah di wajahnya, dan
aku
membalas senyuman nya. Ayah dan ibu terlihat
bahagia malam ini, dan aku
sangat bersyukur dengan hal itu. Namun kebahagiaan itu hancur seketika melihat Reyhan
yang cacat di dekat mereka. Ketika aku melihat Reyhan
yang duduk dan asik dengan makananya, ia mengulurkan
kue coklat ditangan nya kepadaku.
“ini
buat elis’’ ucap reyhan tersenyum.
Aku
hanya terdiam melihat nya, tak ku sentuh
sedikit pun kue coklat darinya. Ibu dan ayah menyuruhku untuk mengambil kue itu dari tangan reyhan. 1
kali, 2
kali, 3 kali, ibu
meminta aku
mengambil kue ditanganya dengan nada
yang cukup keras. Aku pun mulai bangun dari tempat
dudukku dengan mata yang menyimpan segudang dendam.
“Elis
ga akan pernh memakan kue dari reyhan , hidup Elis
hancur gara-gara ada kamu. Aku benci kamu, Aku malu punyaa
kaka seperti kamu. Udah cacat, kerdil lagi. Kamu
berbeda dengan aku,
ayah, dan ibu. Aku
sangat malu punya kaka sepertimu. Aku
benciii...
benciiii... kenapa kamu tidak
cepat MATI saja! apa gunanya
kau hidup Reyhan? Kau hanya menjadi aib
untuk keluarga ini” aku membentaknya, amarahku pecah, kemudian berlari menuju kamar.
Aku
dengar ibu dan ayah berteriak memanggil namaku. Aku hanya terdiam di depan cermin kamar ku. ‘‘sungguhku keterlaluan’’ ………
Rasanya aku
lebih bahagia dulu ketika aku tak tahu apa yang
sebenarnya terjadi tentang kakaku Reyhan. Dulu aku
hanya mengira pertumbuhan Reyhan lambat,
namun seiring dengan berjalan nya waktu, tubuh reyhan
tak ada perkembangan dan itu membuatku hancur bahkan tak mau melihat dia hidup,
karena menurutku dialah aib keluarga ku. Karena
dia aku
pun jadi ikut di olok-olok oleh teman-teman karena mempunyai kaka seperti dia…
Setelah lulus SD Reyhan
berkata kepada ibu bahwa ia ingin tinggal di pesantren
tahfidz. Pada
saat itu ibu dan ayah bingung, khawatir jika nanti ketika Reyhan di pesantren, teman-temanya akan mengolok-olok dia karena
tubuhnya yang kerdil dan wajahnya yang cacat itu.
Tapi reyhan kekeh tentang keinginan nya dipesantren. Akhirnya
ibu dan ayah
pun mengirim Reyhan ke pesantren
tahfidz.
Satu
tahun kemudian Reyhan sangat
terlihat ceria ketika aku, ibu dan ayah menjenguknya. Dimatanya tak
terlihat kesedihan sedikitpun. Matanya
seolah telah menemukan keindahan dalam kehidupanya
yang sekarang
“jangan
tinggalkan solat’’
Itulah
pesan si kerdil kepadaku. Aku selalu mengingatnya walaupun hati masih membencinya. Tapi
sedikit demi sedikit aku harus
menghilangkan rasa benci itu. Mungkin baginya disini
Bagaikan surga dunia. Ketika anak anak yang lain sibuk bermain, dia
sibuk menghafal dan mengambar. Sepertinya tubuhnya yang kecil itu
membuat ia kesulitan untuk ikut bermain volley,
bahkan sepak bola.
Hari demi hari , malam demi malam, Reyhan
terus melewati semuanya dengan tebing perjuangan yang membuat gempar
semangat merajuk asa yang memuncak. Mungkin
keheningan malam kali ini Reyhan
jadi merasa
kesepian, semangat untuk hidup selalu taat kepada Allah
sangat besar hingga
membuatnya tak gempar akan
cacian, hinaan, bahkan lemparan air kotor di badanya
ketika ia SD. Aku baru sadar kalau aku telah
mempunyai kaka yang sangat luar biasa. Tak
seharusnya aku berdoa agar dia segera mati.
Terik matahari dengan hiasan silau dan terik matahari yang panas membuat Reyhan yang
berjalan ditengah lapangan terlihat semakin kerdil. ketika
itu bola melambung tinggi kerahnya. Bola melesat dengan cepat dan
mengenai kepalanya. Reyhan terjatuh tersungkur menghasilkan
luka yang tergores ditanganya. Namun Reyhan bangkit dan
tersenyum kepada teman-teman nya ia
membawakan bola kepada mereka yang sedang
asik bermain sepak bola,
“Syukron Reyhan’’ ucap teman-teman nya
Kamis 4 mei 2006 Reyhan
pingsan dalam sujud terakhirnya ketika ia solat. Ketika semua selesai shalat,
salah satu santri yang duduk disamping nya memanggil nama Reyhan
agar dia segera bangun dari sujudnya. Namun
Reyhan
tak kunjung bangun, dan santri itu segera memanggil
pengurus untuk melihat keadaan Reyhan yang ketika ia kembali sudah di kerubungi oleh banyak santri. Dengan khawatir, pengurus
pesantren memanggilnya dan mengangkat badanya. Jatuhlah
Reyhan
di atas sajadahnya “Allahuakbar’’
terdengar suara takbir dari para santri
yang melihatnya…
“Alhamdulilah” ucap sang pengurus pesantren.
Ternyata
reyhan masih bernafas. Segera Reyhan dilarikan
ke rumah sakit malam itu juga. Semua
pengurus mengantarkan Reyhan dengan
mobil pak kyai. Semua pengurus juga menjaga Reyhan
hingga ibu dan ayah datang kerumah sakit.
Tak lama kemudian ibu dan ayah
datang menghampiri kamar kak reyhan. Ku
dapati Reyhan
terbaring lemah dengan tubuh mungilnya
“Ibu.. ibu.. ibu..’’ Ucap
reyhan yang mulai sadarkan diri. Dengan segera ibu dan ayah
mendekati kak Reyhan
“Ibu,
kemaren Reyhan
habis kebentur bola dikepala. Tapi Reyhan baru
ngerasa sakit sekarang’’ ujar Reyhan pelan.
Ibu
hanya menyakini bahwa reyhan akan baik baik saja.
Malam meniadakan pagi dan pagi
menghilangkan sinarnya dikala awan hitam mengelayuti awan biru. Burung
seakan menjadi melodi lukisan hidup seoarang anak
kerdil. Hujan
menjadi tinta penulis di setiap tetesan yang jatuh di tanah
tandus. Ketaatan
kepada Allah lah yang ia inginkan. Awan
hitam seolah berduka, namun ku tak
mengerti kenapa hari ini hatiku seolah mati. Mata yang merah menjadi butiran
air, senyum ceria yang menjadi senyum duka dikala musibah melanda, namun aku
yakin semua akan baik-baik saja.
Pagi ini aku
lihat ayah dan ibu sedang asik berbincang dengan
ka Reyhan. aku hanya melemparkan senyum
dari jauh, melihat keluarga ku tersenyum dan mungkin Reyhan
lah yang sebenarnya anak kebanggaan ibu dan ayah,
bukan aku. Tak lama kemudian dokter datang untuk mengecek keadaan kak Rayhan.
“Ibu, Reyhan
ingin tidur’’ ucap Reyhan memelas
“Iya sayang,
silahkan tidur yang nyenyak yaah,
sebentar lagi dokter akan mengecek keadaan mu’’ kata ibu.
Ibu,
ayah dan aku pun keluar dari kamar Reyhan.
selang berapa menit setelah dokter masuk ke ruang kak Reyhan untuk mengecek keadaanya. Dokter keluar menemui ibu
dan ayah. Ekspresi yang tak membuat ibu dan ayah
bahagia kelur. Ibu
dan ayah berteriak apa yang terjadi dengan kak Reyhan. Aku
pun mulai khawatr dan takut.
Rupanya, ajal telah menjemput kakak
satu-satunya
yang kupunya, apa doa ku mulai di dengar Allah ketika dulu aku berdoa agar kak Reyhan segera meninggal? Ohh..
tidak!
semoga hal ini tak terjadi ya Allah. Ampuni
aku! ku
mohon
Dokter
mengatakan bahwa kak Reyhan sudah tak bernafas lagi.
Tangisku, ibu
dan ayah pecah. Segera kami berlari ke kamar kak Reyhan.
ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR aku
tak percaya dengan jazad kak Reyan yang sekarang ada dihadapanku. Sungguh
ini tanda kebesaran Allah. Wajah
cacat kak Reyhan
berubah menjadi sosok laki-laki yang
tampan dengan bibir yang tersenyum. Ibu
tak percaya melihat keadaan jasad kak Reyhan ketika membuka selimutnya hingga seutuhnya.
SUBHANALLAH tubuh kak Reyhan normal selayaknya tubuh anak kelas 2 SMP lainya. ibu
berteriak.
“Apa
ini anaku? apa ini anaku? apa ini anaku” Suster
dan dokter berdatangan dikamar kak rayhan,
semuanya tak percaya. Bahkan dokter yang memeriksa keadaaan kak reyhan sekalipun kaget melihat fenomena ini. Tempat
tidur kak reyhan yang seharusnya setengahnya,
sekarang pas dengan panjang tubuhnya.
Kak Reyhan
langsung dipulangkan ke rumah. Karena
melihat jazad kak Rayhan yang berubah. Para
santri dan kyai-kyai
berdatangan dirumah ku. Semua yang mengshalati
kak reyhan binggung sampai ku mendengar salah satu diantara santri mengatakan “Ini Reyhan
bukan? bukankah seharusnya bila keranda ini di pakai Reyhan menjadi
setengahnya saja. Tapi kenapa keranda ini pas dipakai reyhan?’’
sungguh aku
tak menyangka kak Reyhan bisa
berubah wujud menjadi laki-laki yang
berbadan tinggi dan wajah yang tampan. Sungguh
kuasa Allah.
Jumat, 5
mei 2006 Muhammad Reyhan meninggal
di usianya yang ke-14 tahun. Semoga
Reyhan
tercatat sebagai seorang yang meninggal dalam keadaan khusnul khotimah dan
tercatat sebagai seorang hafidz, karena Reyhan
sedang belajar menghafal Al-Qur’an
Ibu berkata “kenapa
kau cabut nyawa anaku Reyhan, aku
tak rela. Kenapa
baru sekarang kau memberikan tubuh yang normal dan wajah yang tampan kepada
anaku?!’’
Aku
selalu berkata kepada ibuku. Ikhlas kan lah agar Reyhan bisa
tenang bersama-Nya, karena Allah hanya ingin memperlihatkan inilah salahsatu hambanya
yang selalu taat hingga ajal menjemput.
Suatu hari, Ibu bercerita kepada pak kyai “saya
menyesal tak memberitahu siapa ibu dan ayahnya Reyhan
yang asli karena dulu ayah dan ibunya
menitipkan Reyhan kepadaku. Saya sangat menyesal belum memberi tahu kepada Reyhan
hingga ternyata ajal sudah menjemput Reyhan’’
Saat
itu lah aku
baru mengetahui bahwa Reyhan ternyata
bukan kaka kandungku. Dia hanya anak buangan dari orangtua yang malu melihat anaknya cacat.
Astaghfiruallah
###
Kisah ini akan menjadi suatu
pelajaran berharga bagi kita semua. jangan pernah kita memperlakukan seseorang
seperti binatang apa lagi sesama muslim , ingat kah kita tentang nasehat nabi
Muhammad SAW pada akhir hayatnya “peliharalah
shalat
dan peliharalah orang yang lemah di kalanganmu.”
Maka hikmah dari cerita ini adalah jangan pernah melihat seseorang dari
fisiknya karena yang kita lihat sempurna belum tentu indah dimata allah dan
yang terlihat buruk belum tentu buruk dihadapan Allah. bisa jadi yang terlihat
buruk oleh mata manusia , sanggat mulia dihadapan allah.
Tetap semangat menjadi hamba yang selalu taat kepadanya
Sekian
Penulis: Puteri Anisatul Muzakiyah
Editor: Muhamad Maksugi
Penulis: Puteri Anisatul Muzakiyah
Editor: Muhamad Maksugi